Semarang punya buanyaak sekali kedai kopi, mulai dari kedai kopi yang ada di pusat perbelanjaan, yang instagrammable, yang cocok untuk kerja, sampai kedai kopi keliling. Tapi, ketika ada teman sudah lelah berkeliling Semarang lalu minta diajak ngopi, saya malah bingung. Rasa-rasanya, saya ingin membawanya ke kedai kopi yang khas, bikin betah … lalu muncul keinginan untuk kembali lagi dan lagi.
Blast from the Past
Salah satu kedai yang masih saya ingat adalah buket koffee+jazz, kedai yang tak asing bagi penduduk Tembalang era 2003-2014an. Berdiri jauh sebelum kedai kopi menjamur di Tembalang, rasa-rasanya, pengalaman ngopi saya (dan dengerin jazz) mulai terbentuk di sini.
Di buket, jangan bayangkan ada desisan espresso machine menghiasi obrolan khas kedai kopi. Belum ada mesinnya! Kopi diolah menggunakan french press, lalu dicampur dengan bahan lain seperti coklat atau susu. Lazimnya kedai kopi, buket memiliki signature drink bernama Creme Blend. Nah, menu ini menjadi salah satu favorit saya selain coklat panas.
buket sempat berpindah tempat beberapa kali dan buket versi saya adalah buket di lokasi pertamanya: ruko di pertigaan Jl. Prof Soedharto – Jl. Tirto Agung. Ya, di sini, saya bisa ngobrol dengan tiga sekawan pendiri buket (MG, Mas Agung, dan Mas … duh saya lupa namanya 😀 ). Bawa dan pesan nasi bakar dari kedai sebelah pun tak dilarang. Meski tak sering, tempat ini menjadi salah satu tempat pelarian saya saat galau perlu menenangkan diri.
Seraya waktu berlalu, buket makin berkembang, ukuran kekinian pada masanya. Akibat word of mouth, banyak pengunjung yang rela datang jauh-jauh hanya untuk nongkrong dan ngopi di buket meski sering kali terlihat wajah kecewa saat melihat tak ada tempat duduk yang tersisa. Ajaibnya, ada saja pengunjung yang rela ngider ke tempat lain, nongkrong di angkringan depan ruko, lalu kembali lagi.
Long story short, kedai lain bermunculan, ditambah lokasi yang tak mudah terlihat dari jalan utama, berakhirlah buket. Tak banyak kisah yang bisa saya temukan saat mencoba mengulik cerita tentang buket, maka dari itu, perkenankan aku menulis untuk mengabadikan ingatan.
Tersesat dan Terjebak Nostalgia di Lost in Coffee
Nostalgia manisnya creme blend seakan terjawab saat beberapa kawan membagikan gambar, dengan lambang yang familiar, di kedai kopi baru. Yey! buket creme blend ternyata bangkit dari mati suri, dan bisa ditemukan di Lost in Coffee, kedai kopi yang terletak satu lokasi dengan KnK Koffee Resources milik mas Agung (yep, salah satu founder buket).
Sepanjang dan sejauh ingatan saya, rasa creme blend sama sekali tidak berubah. Sialnya (atau untungnya), ingatan tentang rasa minuman ini juga membawa hal-hal lain yang tidak seharusnya muncul. Cukup lah sebagai pegobat rindu keberadaan buket koffee+jazz.
Kunjungan pertama ke Lost in Coffee langsung membuat saya jatuh cinta dengan setting tempatnya. Bangunan utamanya adalah supermarket yang berisi perlengkapan coffeeshop. Saat masuk ke dalam, serasa semua hal ingin saya masukkan ke keranjang belanja. Di bagian kanan, persis di depan kasir, ada pintu kedua yang mengarah ke kedai kopi. Ternyata, saat keluar, di sebelah kiri, ada roaster besar dan coffee bar sudah terlihat di depan mata.
Satu lagi hal yang membuat saya sadar, ada tungku di sebelah coffee bar. Tungku ini seakan menjadi pemantik ingatan tentang cerita Ms. Rachma saat mengunjungi kedai di tepi sungai kecil, berjualan berbagai jenis teh impor, bahkan ia pernah mengadakan semacam pesta kecil-kecilan dengan murid-muridnya. Ternyata, inilah tempatnya, sekarang menjadi Lost in Coffee, kedai kopi yang membuat saya makin terjebak dalam nostalgia.
Senyum di Kedai Kopi
Saat seorang kawan, Kak Olipe, yang juga penggemar kopi dari Purwokerto berencana merapat ke Semarang, Amga mengajak saya untuk menculik Kak Olipe. Singkat cerita, penculikan berhasil dan dari ekspresi Kak Olipe, saya tahu dia sangat menikmati penculikan kami.
Saat menulis tentang Lost in Coffee, saya ingat cerita Kak Olipe, tentang apa yang ia lihat tentang Kedai Kopi Asiang. Semua deskripsi Kak Olipe pas, tak ada yang salah atau terlewat sedikit pun. Tapi bukan itu intinya. Kak Olipe mengisahkan bagaimana kedai kopi Asiang adalah kedai kopi yang mampu membuatnya tersenyum. Bukan senyum bangga, atau pamer selfie, atau update di media sosial, tapi senyum spontan yang muncul bahkan tanpa alasan apapun.
Bisa jadi, kedai kopi yang membuat tersenyum adalah istilah yang tepat bagi saya untuk menggambarkan Lost in Coffee yang telah membangkitkan kembali buket creme blend.
Ciee… ngopi sambil nostalgia. Ngopi yang penuh kenangan ya miss… 😀
Kenangan pahit…saking pahitnya, kopi pun berasa manis :p
Waaaahh bukeeetttt,, hihi jaman kuliah bangeeett iniii *uppss ketauan deeh umurnya
Hahahaaa
Aku baru tau lost in coffee, ajakin aku ke ziniiiihhh kaaakk, huhuhu
Buket dulu itu, tempat chitchat paling asik. Haha
Nahhh, kalau tahu buket, pasti betah di sini. Nyerutup creme blend lagi :))
Lost in coffee ini salah satu tempat ngopi rekomen, haha…
Oh iya, buket creme blend kayanya mulai hidup lagi ya kak je? Pernah liat di go food, beberapa co working ngejual creme blend di menunya… cmiiw yaps…
Betul kak, kalau pas di Tembalang bisa nyobain yang dijual di salah satu coworking space
Wahh tertarik banget nih buat ngicip ngicip kopi di Lost in Coffee
Nyicip kopi sambil beli alat ngopi sekalian, kak.
Kenapa yak kopi itu selalu selalu dan selalu bikin penikmatnya jatuh cinta.
Tempatnya, suasananya, aromanya, semuanya selalu luar biasa.
Jadi pengen ngopi ~
Pernah nyerutup kopi sambil ngeliat proses roasting biji kopinya kak? Sensasinya berlipat!
Lokasi penculikan ini sekaligus lokasi aku terpeleset bersama abang gojek :)))
Tempatnya nyempil menurutku, tapi rasa kopinya enak. Oia sangking nyamannya, tempat ini bisa buatku tertidur 😀
Ke sini lagi yok kak..sekarang buka dari pagi :)))
I’M TRULY IN LOVE with this place. Lost in coffee is a good place to ‘lost your mind’ ~
Traktir ya kak..
kopinya emang nagih…
hmm, kapan akuh diajakin ke sana lagi. jangan PHP tapi 😀
Culik lagi ajaaaa
Dulu sering nongkrong di buket kopi hingga larut malam. Yaa tempat memang asyik buat nongkrong. Tentu saja kopinya enak
Dulu sering nongkrong di buket coffiee dan beberapa kali ngopi di Knk. Suasana di knk lebih santai dan cocok untuk nongkrong ramai-ramai.
Aku belum bisa menjadi perasa kopi yang handal..hiks
Pingback: Es Kopi Susu di Tembalang: Mager bisa seger! — Cities dotdolan.com